Saturday, March 6, 2010

kita gag akan perna tau apa yang akan terjadi besok

Sebuah salah pengertian yg mengakibatkan kehancuran sebuah rumah tangga.Tatkala nilai akhir sebuah kehidupan sudah terbuka,tetapi segalanya sudah terlambat. Membawa nenek utk tinggal bersama menghabiskan masa tuanya bersama kami, malah telah menghianati ikrar cinta yg telah kami buat selama ini,setelah 2 tahun menikah, saya dan suami setuju menjemput nenek di kampung utk tinggal bersama . Sejak kecil suami saya telah kehilangan ayahnya, dia adlh 1-1nya harapan nenek, nenek pula yg mbesarkannya & menyekolahkan dia hingga tamat kuliah.  Saya terus mengangguk tanda setuju, kami segera menyiapkan sebuah kamar yg menghadap taman untuk nenek, agar dia dapat berjemur, menanam bunga dsb. Suami berdiri didepan kamar yg sangat kaya dgn sinar mthr,tdk sepatah katapun yg terucap tiba2 saja dia mengangkat saya dan memutar-mutar saya seperti adegan dalam film India dan berkata "Mari,kita jemput nenek di kampung".
Suami berbadan tinggi besar, aku suka sekali menyandarkan kepalaku kέ dadanya yg bidang, ada suatu perasaan nyaman dan aman disana..Aku seperti boneka kecil yg kapan saja bisa diangkat& dimasukan kedalam kantongnya. Kalau terjadi selisih paham diantara kami, dia suka mngangkatku tinggi2 diatas kepalanya&diputar2 sampai aku berteriak ketakutan baru diturunkan.Aku sungguh menikmati saat-saat seperti itu

Kebiasaan nenek di kampung tdk brubah. Aku suka sekali menghias rumah dengan bunga segar, sampai akhirnya nenek tidak tahan lagi dan berkata kepada suami:"Istri kamu hidup foya-foya, buat apa beli bunga? Kan bunga tidak bisa dimakan?" Aku menjelaskannya kepada nenek:"Ibu, rumah dengan bunga segar membuat rumah terasa lebih nyaman dan suasana hati lebih gembira." Nenek berlalu sambil mendumel, suamiku berkata sambil tertawa: "Ibu, ini kebiasaan orang kota , lambat laun ibu akan terbiasa juga." Nenek tidak protes lagi, tetapi setiap kali melihatku pulang sambil mbawa bunga, dia tdk bisa menahan diri untk bertanya brapa harga bunga itu, setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambil menggeleng-gelengkan kepala. Setiap membawa pulang barang belanjaan,dia selalu tanya itu berapa harganya,ini berapa. Setiap aku jawab, dia sll berdecak dg suara keras.Suamiku memencet hidungku sambil berkata:"Putriku, kan kamu bisa berbohong,Jngn katakan harga Ўğ sebenarnya." Lambat laun, keharmonisan dalam rumah tanggaku mulai terusik. Nenek sangat tdk bisa menerima melihat suamiku bangun pagi menyiapkan sarapan pagi untuk dia sendiri, di mata nenek seorang anak laki2 masuk ke dapur adlh hal yg sangat memalukan.Di meja makan, wajah nenek slalu cemberut&aku sengaja sprti tdk mengetahuinya. Nenek slalu mbuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit&sendok, itulah cara dia protes. Aku adlh instrukstur tari, sharian trs mnari mbuat badanku sangat letih, aku tidak ingin mbuang wktu istirahatku dg bangun pagi apalagi disaat musim dingin. Nenek kadang juga suka mbantuku didapur, ttapi makin dibantu aku mjadi semakin repot, misalnya; dia suka mnyimpan smua kantong2 bekas belanjaan, dikumpulkan bisa untk dijual katanya.Jadilah rumahku sperti tempat pemulungan kantong plastik. Kebiasaan nenek mencuci piring bekas makan tdk menggunakan cairan pencuci, agar dia tdk trsinggung, aku slalu mencucinya 1x lagi pada saat dia sdh tidur.Suatu hari, nenek mendapati aku sedang mencuci piring malam harinya, dia segera masukke kamar sambil membanting pintu&menangis.Suamiku jadi serba salah, malam itu kami tidur seperti orang bisu, aku coba bermanja2 dg dia, tetapi dia tdk peduli. Aku mnjadi kecewa&marah."Apa salahku?" Dia melotot sambil berkata:"Kenapa tidak kamu biarkan saja? Apakah memakan dengan piring itu bisa membuatmu mati?"

Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg cukup lama, suasana mjadi kaku. Suamiku mjadi sangat kikuk, tdk tahu harus berpihak pada siapa? Nenek tidak lagi membiarkan suamiku masuk ke dapur, setiap pagi dia slalu bangun lbih pagi&menyiapkan sarapan untuknya, suatu kebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku mkan dg lahap, dg sinar mata yg seakan mencemohku swaktu mlihat padaku, seakan bkata dmna tanggung jawabmu sbgai seorang istri? Demi mjaga suasana pagi hari tdk terganggu, aku slalu mbeli mkanan diluar pd saat brangkat kerja. Saat tidur, suami berkata:"Lu di, apakah km mrasa masakan ibu tdk enak&tdk brsih shingga km tdk prnah makan dirumah?" sambil memunggungiku dia berkata tanpa menghiraukan air mata yg mengalir di kedua belah pipiku.Dan dia akhirnya berkata:"Anggaplah ini sbuah prmintaanku, mkanlah brsama kami stiap pagi"

Aku mengiyakannya&kembali ke meja makan yg serba canggung itu. Pagi itu nenek memasak bubur, kami sedang makan&tiba2 ada suatu perasaan yg sangat mual menimpaku, seaka2 isi perut mau kluar smua. Aku mnahannya sambil berlari ke kmr mandi, smpai disana aku sgera mngeluarkan smua isi perut. Stlh agk reda, aku mlihat suamiku brdiri didpn pintu kmr mndi&mmandangku dg sinar mata yg tajam, diluar sana tdengar suara tangisan nenek&bkata2 dg bhsa daerahnya. Aku trdiam&trbengong tnpa bisa berkata2. Sngguh bkn sngaja aku brbuat dmikian

Ptama kali dlm prkawinanku, aku brtengkar hebat dg suamiku, nenek mlihat kami dg mata merah&bjalan mjauh suamiku sgera mngejarnya keluar rumah Mnyambut anggota baru ttapi dbayar dg nyawa nenek. Slama 3hari suamiku tdk pulang ke rumah&tidak jg mneleponku. Aku sangat kcewa, smenjak kdatangn nenek di rumah ini, aku sdh bnyak mengalah, mau bgmn lagi? Entah knapa aku slalu mrasa mual&khilangan nafsu makan dtambah lagi dg keadaan rumahku Ўğ kacau,sungguh sangat menyebalkan. Akhirnya teman sekerjaku berkata:"Lu Di, sbaiknya kamu periksa ke dokter." Hasil pmeriksaan mnyatakan aku sdang hamil. Aku baru sadar mngpa aku mual2 pagi itu. Sebuah brita gmbira yg trselip jg ksedihan. Mngpa suami&nenek sbgai orng yg bpengalamn tdk bpikir smpai sjauh itu?

Di pintu masuk rumah sakit aku mlihat suamiku, 3hari tdk brtemu dia brubah drastis, muka kusut kurang tidur, aku ingin sgera brlalu ttapi rasa iba mbuatku mmanggilny. Dia mlihat ke arahku ttapi seakan akn tdk mngenaliku lg, pndangan matanya pnuh dg kbencian&itu mlukaiku. Aku bkata pd diriku sndiri, jngn lagi mlihatnya&sgera mmanggil taxi. Pdhl aku ingin mbritahuny bhw kami akn sgera mmiliki anak. Dan bharap aku akn diangkatnya tinggi2&diputar2 smpai aku mnta ampun ttapi.... mimpiku tdk mnjdi knyataan. Didalam taxi air mataku mngalir dg deras. Mngpa ksalahpahaman ini brakibat sngt buruk? Smpai di rumah aku brbaring di ranjang mmikirkan pristiwa tadi, mmikirkan sinar matanya yg pnuh dg kbencian, aku mnangis dg sedihnya. Tngah malam,aku mdngar suara orang mbuka laci, aku mnyalakn lampu&mlihat dia dgn wjah brlinang air mata sdang mengambil uang&buku tabungannya. Aku mnatapny dg dingin tnpa bkata2. Dia sprti tdk mlihatku sj&sgera brlalu. Spertinya dia sdah mmutuskan utk mninggalkan aku. Sngguh lelaki yg sngt picik, dlm saat bgini dia msh bisa mbedakn antra cinta dg uang. Aku tsenyum smbil menitikan air mata. Aku tdk msk krja keesokan harinya, aku ingin scepatnya mbereskn mslh ini, aku akn mbicarakn smua mslh ini&prgi mencarinya dikantornya.Di kantornya aku brtemu dg sketarisnya yg mlihatku dg wajah bingung. "Ibunya pak direktur baru sj mngalami kcelakaan lalu lintas&sdang brada di rmh sakit. Mulutku tbuka lebar.Aku sgera mnuju rumah sakit dan saat menemukannya, nenek sudah meninggal. Suamiku tidak pernah menatapku, wajahnya kaku. Aku memandang jasad nenek yg terbujur kaku. Sambil menangis aku menjerit dalam hati:"Tuhan, mengapa ini bisa terjadi?"

Sampai selesai upacara pemakaman, suamiku tidak pernah bertegur sapa denganku, jika memandangku selalu dengan pandangan penuh dengan kebencian. Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain, pagi itu nenek bjalan ke arah terminal, rupanya dia mau kembali ke kmpung. Suamiku mengejar sambil berlari, nenek juga berlari makin cepat sampai tdk mlihat sbuah bus yg datang ke arahnya dengan kencang. Aku baru mngerti mngapa pandangan suamiku pnuh dg kbencian. Jika aku tdk muntah pagi itu, jika kami tidak bertengkar, jika........ ......dimatanya, akulah penyebab kmatian nenek. Suamiku pindah ke kamar nenek, setiap malam pulang kerja dengan badan pnuh dg bau asap rokok&alkohol. Aku mrasa brsalah ttapi jg mrasa harga diriku terinjak2. Aku ingin menjelaskan bahwa semua ini bukan salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segera mempunyai anak. Tetapi melihat sinar matanya, aku tidak pernah menjelaskan masalah ini. Aku rela dipukul/dmaki2 olehnya walaupun ini bukan salahku. Waktu berlalu dengan sangat lambat.Kami hidup serumah tetapi seperti tidak mengenal satu sama lain. Dia pulang makin larut malam. Suasana tegang didalam rumah.

Suatu hari, aku berjalan melewati sebuah café, melalui keremangan lampu dan kisi-kisi jendela, aku melihat suamiku dengan seorang wanita didalam. Dia sedang menyibak rambut sang gadis dengan mesra. Aku tertegun&mengerti apa yg telah terjadi. Aku masuk kedalam dan berdiri di depan mereka sambil menatap tajam kearahnya. Aku tidak menangis juga tidak berkata apapun karena aku juga tidak tahu harus berkata apa. Sang gadis melihatku dan ke arah suamiku dan segera hendak berlalu. Tetapi dicegah oleh suamiku dan menatap kembali ke arahku dengan sinar mata yg tidak kalah tajam dariku. Suara detak jntungku terasa sangat keras, setiap detak suara seperti suara menuju kematian Akhirnya aku mengalah dan berlalu dari hadapan mereka, jika tidak mngkin aku akan jatuh bersama bayiku dihadapan mereka. Malam itu dia tidak pulang ke rumah. Seakan menjelaskan padaku apa yang telah terjadi. Sepeninggal nenek, rajutan cinta kasih kami juga spertinya telah berakhir. Dia tidak kembali lagi ke rumah, kadang sewaktu pulang ke rumah, aku mendapati lemari seperti bekas dibongkar. Aku tahu dia kembali mengambil barang-barang keperluannya. Aku tidak ingin menelepon dia walaupun kadang terbersit suatu keinginan untuk menjelaskan semua ini. Tetapi itu tidak trjadi..... ...., semua berlalu begitu saja.

Aku mulai hidup seorang diri, pergi check kandungan seorang diri. Setiap kali melihat sepasang suami istri sedang check kandungan bersama, hati ini serasa hancur. Teman-teman menyarankan agar aku membuang saja bayi ini, tetapi aku seperti orang yg sedang histeris mempertahankan miliknya. Hitung-hitung sebagai pembuktian kepada nenek bahwa aku tidak bersalah.
Suatu hari pulang kerja,aku melihat dia duduk didepan ruang tamu. Ruangan penuh dengan asap rokok dan ada selembar kertas diatas meja, tidak perlu tanya aku juga tahu surat apa itu.2 bulan hidup sendiri,aku sudah bisa mengontrol emosi. Sambil membuka mantel dan topi aku berkata kpadanya:" Tunggu sebentar, aku akan segera menanda tanganinya" .dia mlihatku dg pandangan awut-awutan demikian juga aku. Aku berkata pada diri sendiri, jangan menangis, jangan menangis. Mata ini terasa sakit sekali tetapi aku terus bertahan agar air mata ini tidak keluar.  Selesai membuka mantel, aku berjalan ke arahnya dan ternyata dia mperhatikan perutku yg agak membuncit. Sambil duduk di kursi, aku menandatangani surat itu dan menyodorkan kpdanya."Lu Di, kamu hamil?" Semenjak nenek meninggal, itulah pertama kali dia brbicara kpadaku. Aku tidak bisa lagi mbendung air mataku yg menglir keluar dg derasnya. Aku mjwab "Iya, tetapi tidak apa-apa.Kamu sudah boleh pergi"".Dia tidak pergi, dalam keremangan ruangan kami saling bpandangan. Prlahan dia mbungkukan badannya ke tanganku, air matanya terasa menembus lengan bajuku.Tetapi di lubuk hatiku, semua sudah brlalu, bnyak hal yg sudah pergi dan tidak bisa diambil kembali. "Entah sudah berapa kali aku mendengar dia mengucapkan kata:"Maafkan aku, maafkan aku". Aku pernah berpikir utk mmaafkannya tetapi tidak bisa. Tatapan matanya di cafe itu tidak akan pernah aku lupakan. Cinta diantara kami telah ada sebuah luka yg menganga. Semua ini adalah sebuah akibat kesengajaan darinya. Berharap dinding es itu akan mencair, tetapi yang telah berlalu tidak akan pernah kembali.Hanya sewaktu memikirkan bayiku, aku bisa bertahan untuk terus hidup. Terhadapnya, hatiku dingin bagaikan es, tidak pernah menyentuh semua makanan pembelian dia, tidak menerima semua hadiah pemberiannya tidak juga berbicara lagi dengannya. Sejak menanda tangani surat itu, semua cintaku padanya sudah berlalu, harapanku telah lenyap tidak berbekas. Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur bersamaku, aku segera berlalu ke ruang tamu, dia terpaksa kembali ke kamar nenek. Malam hari, terdengar suara orang mengerang dari kamar nenek tetapi aku tidak peduli. Itu adalah permainan dia dari dulu. Jika aku tidak perduli padanya, dia akan berpura-pura sakit sampai aku menghampirinya dan bertanya apa yang sakit. Dia lalu akan memelukku sambil tertawa terbahak-bahak. Dia lupa itu adalah dulu, saat cintaku masih membara, sekarang apa lagi yg aku miliki?
 Begitu seterusnya, setiap malam aku mendengar suara orang mengerang sampai anakku lahir. Hampir setiap hari dia selalu membeli barang-barang perlengkapan bayi, perlengkapan anak-anak dan buku-buku bacaan untuk anak-anak. Setumpuk demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak dengan barang-barang. Aku tahu dia mencoba menarik simpatiku tetapi aku tidak bergeming. Terpaksa dia mengurung diri dalam kamar, malam hari dari kamarnya selalu terdengar suara pencetan keyboard komputer. Mungkin dia lagi tergila-gila chatting dan berpacaran di dunia maya pikirku. Bagiku itu bukan lagi suatu masalah. Suatu malam di musim semi, perutku tiba-tiba terasa sangat sakit dan aku berteriak dengan suara yg keras. Dia segera berlari masuk ke kamar, sepertinya dia tidak pernah tidur. Saat inilah yg ditunggu-tunggu olehnya. Aku dgendongny dan berlari mencari taksi ke rumah sakit. Sepanjang jalan, dia mengenggam dengan erat tanganku, menghapus keringat dingin yg mengalir di dahiku. Sampai di rumah sakit, aku segera digendongnya menuju ruang bersalin. Di punggungnya yg kurus kering, aku terbaring dengan hangat dalam dekapannya. Sepanjang hidupku, siapa lagi yg mencintaiku sedemikian rupa jika bukan dia?  Sampai dipintu ruang bersalin, dia memandangku dengan tatapan penuh kasih sayang saat aku didorong menuju persalinan, sambil menahan sakit aku masih sempat tersenyum padanya. Keluar dari ruang bersalin, dia memandang aku dan anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil tersenyum bahagia. Aku memegang tangannya, dia membalas memandangku dengan bahagia, tersenyum dan menangis lalu terjerambab ke lantai. Aku berteriak histeris memanggil namanya. Setelah sadar, dia tersenyum tetapi tidak bisa membuka matanya. Akupernah berpikir tidak akan lagi meneteskan sebutir air matapun untuknya, tetapi kenyataannya tidak demikian, aku tidak pernah merasakan sesakit saat ini. Kata dokter, kanker hatinya sudah sampai pada stadium mematikan, bisa bertahan sampai hari ini sudah merupakan sebuah mukjijat. Aku tanya kapankah kanker itu terdeteksi? 5 bulan yg lalu kata dokter, bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan terburuk. Aku tidak lagi perduli dengan nasehat perawat, aku segera pulang ke rumah dan ke kamar nenek lalu menyalakan komputer. 

Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa adanya, aku masih berpikir dia sedang bersandiwara. ....Sebuah surat yg sangat panjang ada di dalam komputer yg ditujukan kepada anak kami."Anakku, demi dirimu aku terus bertahan, sampai aku bisa melihatmu. Itu adalah harapanku. Aku tahu dalam hidup ini, kita akan menghadapi semua bentuk kebahagiaan dan kekecewaan, sungguh bahagia jika aku bisa melaluinya bersamamu tetapi ayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu. Didalam komputer ini, ayah mencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan hidup yg akan kamu hadapi. Kamu boleh mpertimbangkan saran ayah. "Anakku, selesai menulis surat ini, ayah merasa telah menemanimu hidup selama bertahun -tahun. Ayah sungguh bahagia. Cintailah ibumu, dia sungguh menderita, dia adalah orang yg paling mencintaimu dan adalah orang yg paling ayah cintai". Mulai dari kejadian yg mungkin akan terjadi sejak TK, SD, SMP, SMA sampai kuliah, semua tertulis dengan lengkap didalamnya. Dia juga menulis sebuah surat untukku."Kasihku, dapat menikahimu adalah hal yg paling bahagia aku rasakan dalam hidup ini. Maafkan salahku, maafkan aku tidak pernah memberitahumu tentang penyakitku. Aku tidak mau kesehatan bayi kita terganggu oleh karenanya. Kasihku, jika engkau menangis sewaktu membaca surat ini, berarti kau telah memaafkan aku. Terima kasih atas cintamu padaku selama ini. Hadiah-hadiah ini aku tidak punya kesempatan untuk memberikannya pada anak kita. Pada bungkusan hadiah tertulis semua tahun pemberian padanya".  J ☺☀ΐŘƋ :
Kembali ke rumah sakit, suamiku masih terbaring lemah. Aku menggendong anak kami dan membaringkannya diatas dadanya sambil berkata: "Sayang, bukalah matamu sebentar saja, lihatlah anak kita. Aku mau dia merasakan kasih sayang dan hangatnya pelukan ayahnya".Dengan susah payah dia membuka matanya,tersenyum... ......... ...anak itu tetap dalam dekapannya, dengan tangannya yg mungil memegangi tangan ayahnya yg kurus dan lemah. Tidak tahu aku sudah menjepret berapa kali momen itu dengan kamera di tangan sambil berurai air mata........ . ......... ...

sahabat terkasih, aku sharing cerita ini kepada sahabat, agar kita semua bisa menyimak pesan dari cerita ini.Mungkin saat ini air mata kalian sedang jatuh mengalir atau mata masih sembab sehabis menangis, ingatlah pesan dari cerita ini :
"Jika ada sesuatu yg mengganjal di hati diantara kalian yg saling mengasihi, sebaiknya utarakanlah jangan simpan didalam hati. Siapa tau apa yg akan terjadi besok? Ada sebuah pertanyaan: Jika kita tahu besok adalah hari kiamat, apakah kita akan menyesali semua hal yg telah kita perbuat? atau apa yg telah kita ucapkan? Sebelum segalanya menjadi terlambat, pikirlah matang2 semua yg akan kita lakukan sebelum kita menyesalinya seumur hidup.

di ambil dari note salah satu teman di fb saya..

0 comments: